Senin, Maret 31, 2014

Tradisi Turun Tanah di Jawa Tengah

  Tedak siten merupakan budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah. ‘Tedak’ berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah. Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar si kecil tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Tradisi ini dijalankan saat si kecil berusia hitungan ke-tujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran jawa. Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran jawa berjumlah 36 hari. Jadi bulan ke-tujuh kalender jawa bagi kelahiran si bayi setara dengan 8 bulan kalender masehi.
Acara turun tanah :
- Do'a selamatan : Mendo'akan anak agar selamat dunia akhirat
- Bayi mengambil barang (Pulpen, buku, Qur'an, sisir, kaca, dll) : Kelak menjadi anak yang  sholeh/sholekhah, pintar, cantik/ganteng, dll)
- Menginjakkan kaki ke bubur merah-putih : Agar kaki sang bayi kuat dan kokoh saat berjalan
- Membagi  bubur yang sudah disediakan untuk tetangga ataupun sanak saudara
Tradisi ini merupakan turun temurun yang harus dilaksanakan, agar sang bayi menjadi orang yang kuat, pintar, berguna dan bijak dalam mengambil keputusan

Pengemis Cilik

Kaki kaki kecil menyeruak menerobos
Untuk sekeping uang receh penyambung nafas
Tak perduli kumpulan asap knalpot yang memerihkan mata
Satu persatu menadahkan tangannya dengan raut nestapa
Dan tangan tangan itu selalu ditepis
Sebab tiada lagi yang jujur menyiratkan wajah memelas
Kerna katanya itu hanya sandiwara
Dibalik tuntutan sang peraup derma
Lalu apakah naluri kasih harus pupus ?
Dan tak perduli pada hati mereka yang menangis
Lalu berpaling tanpa rasa
Seolah kebahagiaan bukan milik mereka
Semua pun tau bahwa hidup bukan hanya untuk bernafas
Juga bukan untuk memelas
Namun bila masih ada asa yang menjamah raga
Mungkin hidup mereka masih bermakna