Jumat, Maret 13, 2015

Contoh kasus Kelompok 6 (Komunikasi)



Tugas Individu Teori Organisasi Umum 2










Disusun Oleh :

1. Nicki Fatima Novayanti                                 (16113412)



 
KESALAHAN BERKOMUNIKASI PADA RAPAT PEMUDA KARANG TARUNA



1. Contoh Kasus

 Gagalnya Komunikasi Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak bisa terlepas dari komunikasi. Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua individu atau lebih yang bertujuan untuk memberi dan menerima informasi.

 Komunikasi dapat dilakukan dengan lisan maupun isyarat. Namun, seringkali komunikasi dapat mengakibatkan konflik antara individu maupun kelompok yang  bersangkutan. Sebagai contoh kesalahan komunikasi dalam organisasi pemuda desa atau sering disebut organisasi Karang Taruna.

Organisasi yang beranggotakan pemuda ini, sering mengadakan rapat rutin untuk membahas rencana-rencana maupun membahas suatu kegiatan yang dilakukan maupun yang akan dilakukan. Rapat rutin yang biasa diadakan setiap bulan sekali, pastilah ada komunikasi didalamnya saat rapat tiba. Pembahasan-pembahasan atau  pendapat dari seseorang tertentu harus benar-benar diperhatikan.

Tak sedikit yang bisa kita  jumpai, konflik-konflik yang menimpa anggota karang taruna hanya diakibatkan dari komunikasi yang belum tertata dengan baik dan kesalahpahaman dalam menerima informasi. Didalam rapat rutin karang taruna, membahas juga beberapa masalah dalam lingkungan yang harus diselesaikan.

Seorang ketua karang taruna akan menginformasikan masalah-masalah atau bahan pembahasan dalam rapat itu dan membutuhkan tanggapan atau  pendapat dari anggota. Tak jarang komunikasi untuk berpendapat maupun menerima  pendapat menimbulkan masalah tersendiri dikalangan antar individu maupun dengan anggota-anggota yang lainnya. Ada beberapa kata atau kalimat yang sering diucapkan namun terkesan memaksa. Jadi anggota yang lainnya merasa ada sebuah keterpaksaan yang harus dilaksanakan.

 Misalkan dalam bahasa jawa seseorang sering berkata “pokok’e” atau “pokoknya”. Kata-kata itu kesannya memaksakan kehendak, dan mengakibatkan anggota yang lain tidak enak untuk mendengarkan pembicaraannya yang lain. Bila seseorang tidak  bisa menerima pendapat yang juga kurang bisa dikemas dengan baik itu, maka orang itu juga akan merespon tanggapan itu dengan nada-nada yang tidak enak didengar.

 Seringkali  pembicaraan jadi sangat memanas saat anggota lain menanggapinya dengan emosi. Namun, ketika hal itu terjadi akan ada peringatan dari anggota yang lainnya yang mungkin bisa diredakan. Ada juga seseorang yang karena emosinya terlalu tinggi dan menciptakan komunikasi atau pembicaraan yang tidak pantas untuk diucapkan, ia akan dibawa teman-temannya kuluar dari rapat. Bisa juga orang itu yang malah langsung meninggalkan rapat dengan meninggalkan kata-katanya yang mengandung emosi tinggi.
 
Konflik komunikasi tersebut tidak hanya akan terjadi selama rapat, namun akan  berturut-turut bermasalah dengan lawan bicara dalam rapat tersebut. Entah beberapa hari, minggu, maupun hitungan bulan. Mereka akan saling diam, tidak melihat dan menganggap tidak ada seseorang yang berkonflik dengan orang itu dengan memasang muka wajah yang sengit. Bila tidak ada pihak yang mengalah, maka tidak ada perdamaian didalamnya. Itulah masalah akibat berkomunikasi yang kurang efektif dan kesalahpahaman yang sering dialami oleh rapat rutin karang taruna yang seharusnya bertujuan bermusyawarah untuk mencapai mufakat.





 2.Analisa Kasus

 Ada banyak faktor yang melatarbelakangi kesalahan dalam berkomunikasi baik mengemukakan pendapat maupun menerima pendapat. Beberapa analisa yang dapat diambil yaitu :

1. Perbedaan pendirian dan perasaan antar individu Setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut terhadap suatu hal dalam lingkungan dapat menimbulkan konflik sosial.

 2. Perbedaan latar belakang setiap individu Latar belakang setiap individu berbeda-beda. Ada yang hidup dalam keluarga miskin maupun kaya. Ada yang hidup dalam keluarga berpendidikan, dan lain sebagainya. Latar  belakang itulah yang dapat membawakan perasaan yang memicu konflik.

3. Perbedaan sifat dan watak Sifat dan watak memang bawaan dari kelahiran seseorang dan berbeda-beda dengan individu yang lain. Itu tidak bisa diubah, namun bisa disikapi dengan baik, agar tidak menimbulkan konflik.

4. Mengemukakan pendapat yang kurang bisa dikemas dengan komunikasi yang baik Komunikasi yang kurang dikemas dengan baik dan belum tertata, dapat memicu konflik yang bermula dari kesalahpahaman saja.

5. Kurangnya pengetahuan Kurangnya pengetahuan akan topik bahasan maupun pengetahuan tentang berkomunikasi dengan baik, dapat menimbulkan salah paham dan konflik bila tidak berhati-hati dengan apa yang diucapkan dan menangkap informasi yang kurang jelas.

 6. Menanggapi tanggapan yang disertai emosi atau kontrol emosi yang kurang baik Kontrol emosi sangat penting dalam musyawarah, apalagi dalam menghadapi banyak orang. Tidak setiap orang mudah mengontrol emosinya. Suatu tanggapan yang disertai emosi inilah yang dapat memicu banyak konflik.


 3. Solusi Yang Dapat Diberikan


 Banyak solusi yang bisa diberikan dari kegagalan berkomunikasi dalam rapat atau musyawarah ini. Baik saat konflik terjadi langsung bisa diselesaikan, maupun dengan tahapan-tahapan.

1. Menciptakan suasana kondusif dan santai dalam musyawarah. Tidak ada ketegangan suasana dan sedikit menciptakan suasana lucu atau lelucon. Hal ini akan membawa keyamanan disetiap anggotanya dan akan santai mengikuti musyawah dengan baik.
 
2. Tidak memaksakan kehendak dikalangan individu. Mampu menghargai dan menerima  pendapat orang lain, yang kemudian akan dipertimbangkan bersama-sama dalam musyawarah tersebut untuk mencapai hasil yang terbaik.

3. Memiliki sikap perhatian antar individu. Bisa mengerti perasaan orang lain, misalkan “jika aku menjadi dia dan jika dia menjadi aku”. Saling menyadari perbedaan perasaan satu
sama lain.

 4. Mengerti sifat dan watak orang lain, agar kita mampu menyikapinya dengan baik.

5. Mampu mengontrol emosi dengan baik. Sabar dalam menerima pendapat yang mungkin kurang berkenan. Menanggapi dengan emosi tidak menyelesaikan masalah, namun hanya akan menimbulkan masalah lagi.

 6. Memperjelas dan mempertegas suatu informasi yang mungkin kurang bisa dipahami oleh anggota yang lainnya. Sedapat mungkin dijelaskan dengan baik, sabar, dan meyakinkan individu yang lain.

 7. Jika ada konflik antar individu didalamnya dapat diselesaikan dengan pihak ketiga, atau  bantuan dari teman-teman anggota. Dapat mengadakan forum kembali untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada anggotanya.

8. Memotivasi orang lain dengan dorongan-dorongan yang akan menguatkan dia saat menghadapi masalah dengan lawan bicara.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar